POLA TIDUR YANG BURUK DAPAT MEMPERCEPAT PROSES PENUAAN OTAK

Posted by kelompokpop3 Wednesday 17 April 2013 0 comments

Beberapa penelitian melaporkan bahwa jumlah dan kualitas tidur bisa dikaitkan denganpenurunan kesehatanmental dan penyakitAlzheimer. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur dapat menyebabkan otak menjadi 2 tahun lebih tua dari semestinya. Studi terpisah menyimpulkan bahwa orang dengan gangguan tidur lebih dari dua kali lipat berisiko untuk menderita masalah berpikir ringan atau demensia dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai masalah tidur. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa kantuk yang berlebihan di siang hari dapat memprediksi penurunan memori dan kemampuan berpikir, yang dikenal sebagai penurunan fungsi kognitif, pada orang tua.

Sebuah penelitian yang meneliti data lebih dari 15.000 perempuan dalam studi kesehatan perawat AS, menyatakan bahwa mereka yang tidur lima jam sehari atau kurang, atau sembilan jam sehari atau lebih, memiliki fungsi mental rata-rata lebih rendah dibandingkan peserta yang tidur tujuh jam per hari. Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur secara kognitif dapat menyebabkan otak menjadi 2 tahun lebih tua dari semestinya.

Penelitian ini juga mengamati bahwa wanita yang durasi tidurnya berubah hingga dua jam sehari atau lebih, memiliki fungsi otak lebih buruk daripada peserta tanpa perubahan durasi tidur - sebuah temuan yang terbukti benar terlepas dari berapa lama mereka biasanya tidur di awal penelitian.

"Kami berangkat dengan hipotesis bahwa perubahan ekstrim dalam durasi tidur mungkin buruk bagi fungsi kognitif karena dapat mengganggu irama sirkadian, sehingga hasil ini menjawab hipotesis tersebut dengan baik," kata penulis studiElizabeth Devore, seorang ahli epidemiologi di Brigham and Women's Hospital Boston. "Saya berpendapat ini memberi kita data untuk mempertimbangkan tidur dan intervensi berbasis sirkadian untuk menjadi rute menangani fungsi kognitif."

-         Note: Ritme sirkadian adalah istilah untuk perubahan fisik, mental dan perilaku yang mengikuti siklus 24 jam.

Penelitian baru lainnya yang mengaitkan tidur dan fungsi otak:

Para ilmuwan dari University of California, San Francisco mengukur kualitas tidur lebih dari 1.300 wanita berusia di atas 75 tahun menggunakan unit sensor dan pencatatan perubahan fisik saat tidur. Mereka menemukan bahwa peserta dengan ganggunan bernafas saat tidur atau apnea mengalami lebih dari dua kali kemungkinan untuk mengalami penurunan kognitif ringan atau demensia dibandingkan mereka yang tanpa kondisi tersebut. Mereka yang terjaga di malam hari lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan nilai yang lebih buruk pada tes kefasihan verbal dan kognisi global.

Sementara itu, di Perancis, hampir sebanyak 5.000 orang yang sehat mental berusia 65 tahun dievaluasi empat kali selama delapan tahun. Peneliti melihat aspek yang berbeda dari insomnia dan menemukan bahwa kantuk di siang hari yang berlebihan - yang dilaporkan oleh 18 persen dari peserta - meningkatkan risiko penurunan mental.

Para ilmuwan dari Washington University School of Medicine di St Louis mengambil contoh darah dan cairan serebrospinal dari tiga kelompok relawan, yaitu orang dengan demensia, orang sehat yang usianya sama dengan kelompok demensia, dan orang sehat yang lebih muda - dan menemukan bahwa pola tidur harian terkait dengan kadar protein amiloid. Protein ini diakui sebagai indikator penyakit Alzheimer.

Sementara para peneliti setuju bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan, mereka juga berpendapat bahwa penelitian mereka berpotensi membuka jalan bagi intervensi tidur yang bisa mencegah kemunduran mental.

Bagi Anda yang menderita insomnia, jangan khawatir bahwa Anda sudah pasti untuk menderita demensia. Meskipun penelitian tersebut melaporkan adanya hubungan antara gangguan tidur dan penurunan mental, akan tetapi tidak menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat.

0 comments:

Post a Comment

Total PENGUNJUNG

sepakbola

ANTARA News